menu

Jumat, 02 Juli 2010

Pembangunan Jangka Pendek Penyebab Gelembung Ekonomi





altWakil Presiden Boediono menyatakan bahwa, dalam menghindari terjadinya gelembung ekonomi (economic bubble) maka pemerintah akan mengarahkan kebijakan makroekonomi yang tepat dengan tidak mengejar pertumbuhan jangka pendek. Hal tersebut dijelaskannya dalam sambutan pembukaan “World Ceramics Tiles Forum”di Jakarta, Rabu (30/6).

Dikatakannya bahwa, pelajaran yang dapat diambil dari krisis yang terjadi adalah, untuk tidak terlalu mengejar pertumbuhan jangka pendek, dan melupakan jangka menengah sampai panjang. Karena itulah menurutnya yang akan menimbulkan gelembung. Boediono juga meminta seluruh pelaku ekonomi menghindari gelembung yang disebabkan peningkatan yang di luar perhitungan rasional harga-harga.
 

Hal yang diperlukan menurutnya dalah, suatu perencanaan tata ruang yang baik. Meski mengkhawatirkan gelembung ekonomi, Boediono memastikan perekonomian Indonesia akan tumbuh dengan sehat di waktu mendatang. Sesuai dengan perkiraan yaitu suatu akselerasi dari sekira 6 persen tahun ini menjadi 7–8 persen per tahun mulai 2014 dan akan berlanjut terus.  

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Infrastruktur dan Perumahan Rakyat Lukman Purnomosidi mengatakan, gelembung properti seperti yang dikatakan Boediono merupakan peringatan semata. Pertumbuhan industri properti terkadang memang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi.

Menurut dia, di Indonesia belum terjadi gelembung properti dan subprime mortgage atau kredit KPR berkualitas rendah atau turunan dari KPR. Pertumbuhan properti masih sangat baik karena kebutuhan orang akan rumah masih sangat besar.
Berdasarkan data yang diterimanya, terdapat 805 ribu orang membutuhkan rumah setiap tahunnya, dan hanya 200 ribu yang mampu disuplai, sehingga tingkat kebutuhan tinggi, tapi suplai kurang.
Sementara menurut Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto, pernyataan Boediono mengenai terjadinya gelembung ekonomi sangat valid. Ryan menyarankan dalam kebijakan pembangunan ekonomi ke depan, pemerintah fokus pada pertumbuhan sektor riil.  

Menurutnya, selama ini pertumbuhan hanya di sektor keuangan, perbankan, saham,dan lain-lain. Pada kenyataannya penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi masyarakat dan sektor riil. Pertumbuhan sektor riil dapat mencegah terjadinya pembentukan economic bubble. Alasannya, pemerintah harus memikirkan sektor ekonomi yang output-nya bisa diperdagangkan antarpulau dan antarnegara. Semisal sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar